Aliran Paradigma Pendidikan

 

(Fadhlur Rohman)

Paradigma Pendidikan

Jika sesorang pada umumnya ditanya tentang apa itu pendidikan, maka jawabannya kemungkinan besar sederhana, yaitu sekolah atau universitas. Padahal sejatinya pendidikan bukan hanya sekolah, meskipun sekolah atau universitas adalah lembaga yang dipercaya oleh masyarakat untuk mendidik generasi mudanya agar memiliki bekal ilmu untuk mengarungi kehidupannya. Pendidikan tidak sesempit sekolah dan pendidikan tidak sesempit peroalan-persoalan sekolah.

Pendidikan merupakan suatu perbuatan, tindakan, dan praktek yang bertujuan menjadikan siswa atau peserta didik memiliki kualitas yang sudah ditetapkan sebelumnya. Walau pendidikan adalah sebuah tindakan dan praktek, pendidikan tidak dapat diartikan sebagai satu hal yang mudah, sederhana, dan tidak memerlukan pemikiran. Karena istilah pendidikan sebagai praktek, mengandung implikasi pemahaman akan arah dan tujuannya. Setiap proses pendidikan senantiasa memiliki basis filosofis, yang mana basis fiolosofis itulah yang menentukan tujuan diadakannya pendidikan, dan juga menentukan seluruh proses pendidikan itu sendiri.

Basis filosofis ini berisi nilai-nilai utama yang harus dimiliki oleh seorang siswa, atau berisi konsep ideal tentang diri siswa, dan apa yang harus dicapai oleh siswa ketika proses pendidikan itu selesai. Basis filosofis itulah yang kita sebut dengan paradigma. Paradigma juga bisa kita artikan sebagai cara pikir yang paling dasar dari kegiatan pendidikan. Yang perlu kita pahami setiap pendidik dan lembaga pendidikan senantiasa memiliki paradigma pendidikannya, baik itu disadari atau tidak. Sehingga walaupun seorang pendidik tidak pernah membaca tentang teori-teori paradigma pendidikan, setiap tindakan dan cara ia memperlakukan peserta didik sejatinya telah mempresentasikan jenis paradigma apa yang sebenarnya ia pilih dan ia yakini.

Oleh karena paradigma ini merupakan cara pikir dasar atas kegiatan pendidikan, seorang pendidik idealnya mampu mehami jenis-jenis paradigma pendidikan dan mampu memetakan paradigmanya sendiri yang ia terapkan dalam kegiatan pembelajarannya. Dengan mengetahui varian paradigma pendidikan, pendidik juga diberikan opsi untuk memilih paradigma apa yang sekiranya cocok dengan situasi dan cocok dengan pemikirannya tentang pendidikan.

Tiga Aliran Utama

Henry Giroux and Arronnawitz membagi paradigma pendidikan ke dalam tiga aliran utama, yaitu paradigma konservatif, paradigma liberal dan paradigma kritis. Paradigma Konservatif, adalah paradigma pendidikan yang lebih berorientasi pada pelestarian dan penerusan pola-pola kemapanan social serta tradisi. Paradigma pendidikan ini menjadikan kejayaan masa silam sebagai patron ideal dari pendidikan. Pendidikan haruslah bersesuaian atau mengarah pada terciptanya masyarakat ideal yang pernah terjadi di masa lalu. Paradigma konservatif melahirkan jenis kesadaran sebagaimana yang disebutkan oleh Paulo Freire, sebagai kesadaran magis. Yaitu jenis kesadaran yang tak mampu mengaitkan antara satu faktor dengan faktor lainnya sebagai hal yang berkaitan. Kesadaran magis lebih melihat faktor di luar kesadaran manusia sebagai penyebab dari segala kejadian.

Paradigma Liberal, adalah paradigma pendidikan yang berorientasi pada pembentukan perialu-perilaku personal siswa yang efektif. Sederhananya paradigma ini berfokus pada prestasi-prestasi individu siswa. Semakin berprestasi seorang siswa (dalam hal akademik), maka semakin ia mendapat penghargaan dari guru maupu dari lembaga pendidikannya. Sehingga yang terjadi adalah persaingan individual yang akan mengarahkan peserta didik pada individualisme dan tidak melihat pendidikan sebagai proses pengembangan diri secara kolektif. Oleh karenanya jangan berharap dapat terbentuk karakter siswa yang peduli pada kondisi sesama, karena sejak awal siswa dituntut untuk terus berkompetisi dengan teman sejawatnya, bukannya membentuk ikatan social bersama. Paradigma pendidikan liberal melahirkan bentuk kesadaran naif. Yaitu jenis kesadaran ini menganggap aspek manusia secara individulah yang menjadi penyebab dari akar permasalahan.

Paradigma Kritis, adalah paradigma pendidikan yang berorientasi pada pemanusiaan peserta didik. Paradigma ini merupakan kritik pada paradigma pendidikan lain yang dirasa kurang memanusiakan siswa atau peserta didik. Pada umumnya peserta didik hanya dianggap sebagai objek pendidikan, sebagai celengan kosong yang tak dapat berpikir dan tidak mengetahui apapun, dan oleh karenannya guru atau pendidikan bertugas mengisi kekosongan tersebut untuk dihapalkan peserta didik. Peserta didik hanya boleh menghapal dan memahami tanpa diperbolehkan untuk bertanya, atau mempersoalkan pengetahuan yang diberikan oleh guru. Dalam paradigma ini pendidikan harusnya diorientasikan pada refleksi kritis terhadap sistem dan struktur sosial yang menyebabkan terjadinya berbagai ketimpangan. Paradigma pendidikan kritis mengarahkan peserta didik pada kesadaran kritis, yaitu jenis kesadaran yang melihat realitas sebagai satu kesatuan yang kompleks dan saling terkait satu sama lain.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Paradigma Pendidikan Kritis